Senin, 08 April 2013

SOSIALISASI



SOSIALISASI
            Pada awal kehidupan, individu sangat memerlukan proses dalam mengenal dan memahami pola kehidupan sehingga memiliki sikap dan pola tingkah laku yang sesuai dengan masyarakat. Secara umum pola kehidupan individu dalam masyarakat ini yang akan menentukan kepribadian seseorang.
1.   Pengertian Sosialisasi
Definisi sosialisasi dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut :
a.       Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sosialisasi berarti suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sosialisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi bila seorang individu menghayati dan melaksanakan norma kelompok tempat ia hidup, sehingga akan merasa menjadi bagian dari kelompok tadi.

b.      Berger, 1978. Sosialisasi adalah proses belajar seseorang untuk menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.

c.       Soerjono Soekanto. Soerjono Soekanto menambahkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai dengan perilaku orang-orang di dalam kelompoknya. Dapat pula dikatakan sosialisasi merupakan proses yang ditempuh oleh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.

d.      Charlotte Buhler, 1968. Sosialisasi adalah proses belajar dan penyesuaian diri yang membantu individu mempelajari bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan baik dalam kelompok tersebut.

2.   Tujuan Sosialisasi
Secara umum tujuan sosialisasi dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.       Menanamkan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat kepada individu.
b.      Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada individu sebagai bekal bermasyarakat.
c.       Mengajar individu berkomunikasi secara efektif agar dapat mengembangkan kemampuannya.
d.      Mengendalikan fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
e.       Menyelaraskan tingkah laku individu dengan norma tata nilai, dan kepercayaan pokok yang dianut oleh lembaga, kelompok, dan masyarakat umumnya.
f.       Membentuk anggota masyarakat yang penuh dengan pribadi yang utuh, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakat.


3.   Tahap-Tahap Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead tahap-tahap yang dilalui seseorang dalam proses sosialisasi adalah sebagai berikut :
a.   Tahap Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini adalah tahap yang dialami manusia ketika baru dilahirkan sampai anak-anak, dimana dia mengenal dan belajar beberapa kata meskipun tidak sempurna.
b.   Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai oleh adanya keinginan dan kemauan seorang anak untuk menirukan berbagai peran yang dilakukan orang dewasa. Pada masa ini juga mulai muncul kesadaran tentang dirinya, diri orang lain serta orang-orang pada lingkungan yang lebih luas lagi. Dalam tahap ini seorang juga sudah dapat menempatkan dirinya sebagai orang lain (berperan seperti orang-orang yang diinginkan).
c.    Tahap siap bertindak (Game Stage)
Pada tahap ini peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Lawan berinteraksi juga semakin banyak dan mengalami hubungan yang semakin kompleks. Seorang individu sudah mulai berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya di luar rumahnya. Yang paling penting dipahami dalam tahap ini adalah munculnya kesadaran bahwa ada norma atau aturan yang harus ditaati di luar lingkungan keluarganya.
d.    Tahap penerimaan norma kolektif (Generallized Other)
Adalah tahap dimana seseorang dianggap telah dewasa, artinya dirinya sudah dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat dan sudah dapat bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi.

4.   Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi pada diri individu tidak langsung dalam waktu yang singkat tetapi sebaliknya proses sosialisasi itu berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan kepribadiannya.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa proses sosialisasi yang dialami seorang individu-individu melalui tahapan sebagai berikut :
a.       Masa anak-anak
b.      Masa remaja
c.       Masa dewasa

Masing-masing tahap dilalui seorang individu dengan pola hidup yang berbeda-beda dari taraf yang sederhana sampai kepada taraf yang kompleks.
Masa yang dianggap paling sulit dalam sosialisasi adalah masa remaja atau pubertas, sebab dalam kondisi ini seorang individu sedang mencari jati dirinya, sehingga apabila dalam tata pergaulannya dia menemukan orang-orang yang salah maka dia juga dapat terjerumus ke dalamnya.
Oleh karena itu pada masa ini seorang individu hendaknya benar-benar memperoleh perhatian yang serius dari orang-orang di sekitarnya. Termasuk yang paling berperan sangat besar adalah orang tuanya. Setiap orang tua harus menyadari bahwa anaknya tidak cukup hanya diberi materi secara berlebihan, tapi jauh lebih dari itu adalah kasih saying, keterbukaan, bimbingan dan arahan yang berguna sebagai pegangan dalam hidup putra-putrinya.

5.   Fungsi Sosialisasi
             Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama sebagai berikut:
a.       Dilihat dari kepentingan individu, sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.
b.      Dilihat dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma-nomra yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan terpelihara oleh seluruh anggota masyarakat.

6.   Media Sosialisasi
Media sosialisasi adalah tempat dimana seorang individu memperoleh atau belajar tentang norma, nilai, pola-pola, perilaku, dan lain-lain sehingga setiap individu dapat mengenali dunia asalnya. Media sosialisasi itu antara lain adalah :
a.   Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama bagi seorang individu, sebab dalam lingkungan keluarga inilah untuk pertama kali seorang individu mengenal nilai-nilai, norma serta pola-pola pergaulan yang berlaku sehari-hari. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dalam lingkungan keluarga, karenanya bagaimana sikap orang dalam suatu keluarga itu memberikan pendidikan dan pola asuhan akan sangat menentukan kepribadian seorang individu.
Dalam lingkungan keluarga ada dua pola sosialisasi yang sering berlaku yaitu : sosialisasi represif (repressive socialization) dan sosialisasi partisipasi (participatory socialization).


Ciri-ciri dari sosialisasi represif adalah :
1)      penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan
2)      anak harus patuh pada orang tua
3)      komunikasi bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah
4)      sosialisasi berpusat pada orang tua dan keinginan orang tua
5)      peranan keluarga sebagai significant order (dominasi orang tua)

Ciri-ciri sosialisasi partisipasi :
1)      pemberian imbalan bagi yang berperilaku baik
2)      anak diberi kebebasan
3)      penekanan ditekankan pada interaksi
4)      komunikasi bersifat verbal
5)      anak menjadi pusat sosialisasi
6)      kebutuhan anak dianggap penting
7)      keluarga menjadi generalizing order (kerja sama ke arah tujuan)

b.   Teman Sepermainan
Teman sepermainan adalah orang-orang diluar keluarga yang usia dan kegiatannya relative sama. Dengan teman sepermainan seorang individu sangat mungkin menemukan nilai-nilai baru yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarganya.
Pengalaman dalam pergaulan dengan teman sebaya menjadikan dasar bagi seorang individu dan akan dikembangkan secara terus menerus sebagai bekal dalam pergaulan dengan dunia luarnya yang lebih luas. Sedikit banyak teman sepermainan memberi andil dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Peranan positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian adalah antara lain :
1)      Rasa aman dan dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa.
2)      Perkembangan kemandirian remaja dapat tumbuh dengan baik.
3)      Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran berbagai perasaan yang tidak diperoleh di rumah.
4)      Melalui interaksi sosialnya remaja dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yang kelak akan berguna bagi hidupnya.
5)      Mendorong remaja agar bersikap lebih dewasa, karena dalam kelompok biasanya ada aturan atau kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati.

Kelompok remaja ini biasanya bergaul dalam satu organisasi yang dinamakan dengan geng, dan memiliki nama yang aneh-aneh atau unik-unik. Seringkali geng itu memang berkonotasi negatif, akan tetapi kita harus melihat sisi positif dari adanya geng, yaitu :
1)    mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan kepemimpinan
2)      menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial yang kuat
3)      rela berkorban untuk sesama anggota kelompok
4)      menyalurkan semangat patriotisme yang tinggi

c.   Sekolah
 Peranan yang sangat besar dalam rangka sosialisasi di sekolah diberikan oleh gurunya. Di sekolah seorang individu akan menerima nilai-nilai dan norma-norma yang sama sekali baru yang sebelumnya tidak diperoleh baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan teman sepermainan.
Fungsi pendidikan sekolah sebagai media sosialisasi antara lain adalah :
1)      Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya
2)      Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3)      Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional dan bebas.
4)      Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan kepada para siswa serta meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan dan penyuluhan.
5)      Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan
6)      Menciptakan warga Negara yang mencintai tanah air, menunjang integritas antarsuku dan antarbudaya.
7)      Mengadakan hiburan umum (pertandingan olah raga atau pertunjukan kesenian).

d.   Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menuntut seseorang untuk mematuhi segala tata tertib yang berlaku dalam lingkungannya. Seorang yang masuk ke dalam lingkungan kerja berarti memasuki dunia yang baru, dimana segala aturan sebelumnya tidak pernah dijumpainya. Dengan adanya kepatuhan terhadap semua aturan yang ada pada seorang pekerja akan terbentuk dengan sendirinya, seperti kapan dia harus memakai seragam kerja, dia masuk jam kerja, kapan pulang, makan, istirahat dan sebagainya.
e.   Media Massa
Dewasa ini peran media massa dalam kehidupan manusia sudah sangat besar. Berbagai informasi terbaru dari berbagai belahan dunia dapat dilihat melalui media massa dalam kurun waktu yang sangat singkat. Media massa memberikan sumbangan informasi dan pola pikir yang bari bagi masyarakat.  

7.   Bentuk dan Pola  Sosialisasi  
       a.  Bentuk Sosialisasi
            Proses sosialisasi dapat dibedakan atas dua bentuk sebagai berikut
1)      Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang memasuki keanggotaan dalam masyarakat. Sosialisasi primer akan memengaruhi seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang-orang yang ada disekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
2)      Sosialisasi sekunder adalah proses sosialisasi berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut kedalam lingkungan di luar keluarganya, seperti, sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.
          Disamping bentuk sosialisasi di atas, sosialisasi juga memiliki pola, adalah sebagai berikut:
1)        Formal, sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuang yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2)        Informal, sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antar teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.



            b. Pola sosialisasi

                        Dalam keluarga dikenal dua macam pola sosialisasi yaitu sebagai beriktu:
1)      Sosialisasi represif, yaitu sosialisasi yang mengutamakan ketaatan anak pada orang tua. Sosialisasi ini lebih menekankan penggunaan hukuman terhadap anak yang melakukan kesalahan.
                   Contoh: memukul anak apabila tidak menaati perintah orang tua.
                   Adapun bentuk sosialisasi represif, antara lain:
-          Menghukum perilaku keliru
-          Kepatuhan anak terhadap orang tua
-          Komunikasi sebagai perintah
-          Sosialisasi berpusat pada orang tua dan lain-lain

2)      Sosialisasi persuasif, yaitu sosialisasi yang mengutamakan tindakan pencegahan agar anak tidak melakukan penyimpangan sosial.
Contoh:    Tindakan pemberian peringatan dari orang tua kepada anak, ketika anak ingin keluar malam. Peringatan tersebut, misalnya kalau biasa sering keluar malam kesehatan bisa memburuk, terlambat ke sekolah, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar