SOSIALISASI
Pada awal kehidupan, individu sangat
memerlukan proses dalam mengenal dan memahami pola kehidupan sehingga memiliki
sikap dan pola tingkah laku yang sesuai dengan masyarakat. Secara umum pola
kehidupan individu dalam masyarakat ini yang akan menentukan kepribadian
seseorang.
1. Pengertian Sosialisasi
Definisi
sosialisasi dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut :
a.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sosialisasi
berarti suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan
menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sosialisasi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi bila seorang individu
menghayati dan melaksanakan norma kelompok tempat ia hidup, sehingga akan
merasa menjadi bagian dari kelompok tadi.
b.
Berger, 1978. Sosialisasi adalah proses
belajar seseorang untuk menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
c.
Soerjono Soekanto. Soerjono
Soekanto menambahkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat
seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku yang sesuai
dengan perilaku orang-orang di dalam kelompoknya. Dapat pula dikatakan
sosialisasi merupakan proses yang ditempuh oleh seorang individu melalui proses
belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu
tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.
d.
Charlotte Buhler, 1968. Sosialisasi
adalah proses belajar dan penyesuaian diri yang membantu individu mempelajari
bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya agar ia dapat
berperan dan berfungsi dengan baik dalam kelompok tersebut.
2. Tujuan
Sosialisasi
Secara umum
tujuan sosialisasi dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.
Menanamkan
nilai dan norma yang ada dalam masyarakat kepada individu.
b.
Memberikan
pengetahuan dan ketrampilan kepada individu sebagai bekal bermasyarakat.
c.
Mengajar
individu berkomunikasi secara efektif agar dapat mengembangkan kemampuannya.
d.
Mengendalikan
fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.
e.
Menyelaraskan
tingkah laku individu dengan norma tata nilai, dan kepercayaan pokok yang
dianut oleh lembaga, kelompok, dan masyarakat umumnya.
f.
Membentuk
anggota masyarakat yang penuh dengan pribadi yang utuh, sehingga berguna bagi
dirinya dan masyarakat.
3. Tahap-Tahap Sosialisasi
Menurut
George Herbert Mead tahap-tahap yang dilalui seseorang dalam proses sosialisasi
adalah sebagai berikut :
a. Tahap
Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap
ini adalah tahap yang dialami manusia ketika baru dilahirkan sampai anak-anak,
dimana dia mengenal dan belajar beberapa kata meskipun tidak sempurna.
b. Tahap
Meniru (Play Stage)
Tahap
ini ditandai oleh adanya keinginan dan kemauan seorang anak untuk menirukan
berbagai peran yang dilakukan orang dewasa. Pada masa ini juga mulai muncul
kesadaran tentang dirinya, diri orang lain serta orang-orang pada lingkungan
yang lebih luas lagi. Dalam tahap ini seorang juga sudah dapat menempatkan
dirinya sebagai orang lain (berperan seperti orang-orang yang diinginkan).
c. Tahap
siap bertindak (Game Stage)
Pada
tahap ini peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh
peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Lawan
berinteraksi juga semakin banyak dan mengalami hubungan yang semakin kompleks.
Seorang individu sudah mulai berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya di
luar rumahnya. Yang paling penting dipahami dalam tahap ini adalah munculnya
kesadaran bahwa ada norma atau aturan yang harus ditaati di luar lingkungan
keluarganya.
d. Tahap
penerimaan norma kolektif (Generallized Other)
Adalah
tahap dimana seseorang dianggap telah dewasa, artinya dirinya sudah dapat
menempatkan dirinya di tengah-tengah masyarakat dan sudah dapat bertanggung
jawab terhadap apa yang terjadi.
4. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi pada diri individu
tidak langsung dalam waktu yang singkat tetapi sebaliknya proses sosialisasi
itu berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan
kepribadiannya.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa
proses sosialisasi yang dialami seorang individu-individu melalui tahapan
sebagai berikut :
a.
Masa
anak-anak
b.
Masa
remaja
c.
Masa
dewasa
Masing-masing tahap dilalui seorang
individu dengan pola hidup yang berbeda-beda dari taraf yang sederhana sampai
kepada taraf yang kompleks.
Masa yang dianggap paling sulit dalam
sosialisasi adalah masa remaja atau pubertas, sebab dalam kondisi ini seorang
individu sedang mencari jati dirinya, sehingga apabila dalam tata pergaulannya
dia menemukan orang-orang yang salah maka dia juga dapat terjerumus ke
dalamnya.
Oleh karena itu pada masa ini seorang
individu hendaknya benar-benar memperoleh perhatian yang serius dari
orang-orang di sekitarnya. Termasuk yang paling berperan sangat besar adalah
orang tuanya. Setiap orang tua harus menyadari bahwa anaknya tidak cukup hanya
diberi materi secara berlebihan, tapi jauh lebih dari itu adalah kasih saying,
keterbukaan, bimbingan dan arahan yang berguna sebagai pegangan dalam hidup
putra-putrinya.
5.
Fungsi Sosialisasi
Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat
memiliki dua fungsi utama sebagai berikut:
a.
Dilihat dari kepentingan individu,
sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui dan menyesuaikan
diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam
masyarakat.
b.
Dilihat dari kepentingan masyarakat,
sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan
nilai-nilai serta norma-nomra yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan
terpelihara oleh seluruh anggota masyarakat.
6.
Media Sosialisasi
Media sosialisasi adalah tempat dimana
seorang individu memperoleh atau belajar tentang norma, nilai, pola-pola,
perilaku, dan lain-lain sehingga setiap individu dapat mengenali dunia asalnya.
Media sosialisasi itu antara lain adalah :
a. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi
yang pertama dan utama bagi seorang individu, sebab dalam lingkungan keluarga
inilah untuk pertama kali seorang individu mengenal nilai-nilai, norma serta
pola-pola pergaulan yang berlaku sehari-hari. Kepribadian seorang anak akan
terbentuk dalam lingkungan keluarga, karenanya bagaimana sikap orang dalam
suatu keluarga itu memberikan pendidikan dan pola asuhan akan sangat menentukan
kepribadian seorang individu.
Dalam lingkungan keluarga ada dua pola
sosialisasi yang sering berlaku yaitu : sosialisasi represif (repressive
socialization) dan sosialisasi partisipasi (participatory socialization).
Ciri-ciri
dari sosialisasi represif adalah :
1) penekanan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan
2)
anak
harus patuh pada orang tua
3)
komunikasi
bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah
4)
sosialisasi
berpusat pada orang tua dan keinginan orang tua
5)
peranan
keluarga sebagai significant order (dominasi orang tua)
Ciri-ciri
sosialisasi partisipasi :
1) pemberian
imbalan bagi yang berperilaku baik
2)
anak
diberi kebebasan
3)
penekanan
ditekankan pada interaksi
4)
komunikasi
bersifat verbal
5)
anak
menjadi pusat sosialisasi
6)
kebutuhan
anak dianggap penting
7)
keluarga
menjadi generalizing order (kerja sama ke arah tujuan)
b. Teman Sepermainan
Teman sepermainan adalah
orang-orang diluar keluarga yang usia dan kegiatannya relative sama. Dengan
teman sepermainan seorang individu sangat mungkin menemukan nilai-nilai baru
yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarganya.
Pengalaman dalam pergaulan dengan
teman sebaya menjadikan dasar bagi seorang individu dan akan dikembangkan
secara terus menerus sebagai bekal dalam pergaulan dengan dunia luarnya yang
lebih luas. Sedikit banyak teman sepermainan memberi andil dalam membentuk
kepribadian seorang individu.
Peranan positif kelompok
persahabatan bagi perkembangan kepribadian adalah antara lain :
1) Rasa aman dan
dianggap penting dalam kelompok akan sangat berguna bagi perkembangan jiwa.
2)
Perkembangan
kemandirian remaja dapat tumbuh dengan baik.
3)
Remaja
mendapat tempat yang baik bagi penyaluran berbagai perasaan yang tidak
diperoleh di rumah.
4)
Melalui
interaksi sosialnya remaja dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yang kelak
akan berguna bagi hidupnya.
5)
Mendorong
remaja agar bersikap lebih dewasa, karena dalam kelompok biasanya ada aturan
atau kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati.
Kelompok remaja ini biasanya
bergaul dalam satu organisasi yang dinamakan dengan geng, dan memiliki nama
yang aneh-aneh atau unik-unik. Seringkali geng itu memang berkonotasi negatif,
akan tetapi kita harus melihat sisi positif dari adanya geng, yaitu :
1) mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan
kepemimpinan
2)
menumbuhkan
rasa kesetiakawanan sosial yang kuat
3)
rela
berkorban untuk sesama anggota kelompok
4)
menyalurkan
semangat patriotisme yang tinggi
c. Sekolah
Peranan yang sangat besar dalam rangka
sosialisasi di sekolah diberikan oleh gurunya. Di sekolah seorang individu akan
menerima nilai-nilai dan norma-norma yang sama sekali baru yang sebelumnya
tidak diperoleh baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan teman
sepermainan.
Fungsi pendidikan sekolah sebagai media
sosialisasi antara lain adalah :
1) Mengembangkan
potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya
2)
Melestarikan
kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3)
Merangsang
partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan
mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional dan bebas.
4)
Memperkaya
kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual dan cita rasa keindahan
kepada para siswa serta meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui
bimbingan dan penyuluhan.
5)
Meningkatkan
taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan
6)
Menciptakan
warga Negara yang mencintai tanah air, menunjang integritas antarsuku dan
antarbudaya.
7)
Mengadakan
hiburan umum (pertandingan olah raga atau pertunjukan kesenian).
d. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menuntut seseorang
untuk mematuhi segala tata tertib yang berlaku dalam lingkungannya. Seorang
yang masuk ke dalam lingkungan kerja berarti memasuki dunia yang baru, dimana
segala aturan sebelumnya tidak pernah dijumpainya. Dengan adanya kepatuhan
terhadap semua aturan yang ada pada seorang pekerja akan terbentuk dengan sendirinya,
seperti kapan dia harus memakai seragam kerja, dia masuk jam kerja, kapan
pulang, makan, istirahat dan sebagainya.
e. Media Massa
Dewasa ini peran media massa dalam
kehidupan manusia sudah sangat besar. Berbagai informasi terbaru dari berbagai
belahan dunia dapat dilihat melalui media massa dalam kurun waktu yang sangat
singkat. Media massa memberikan sumbangan informasi dan pola pikir yang bari
bagi masyarakat.
7.
Bentuk
dan Pola Sosialisasi
a.
Bentuk Sosialisasi
Proses
sosialisasi dapat dibedakan atas dua bentuk sebagai berikut
1)
Sosialisasi primer adalah sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dan menjadi pintu bagi seseorang
memasuki keanggotaan dalam masyarakat. Sosialisasi primer akan memengaruhi
seorang anak untuk dapat membedakan dirinya dengan orang-orang yang ada
disekitarnya, seperti ayah, ibu, kakak, dan adik.
2)
Sosialisasi sekunder adalah proses
sosialisasi berikutnya yang memperkenalkan kepada individu tersebut kedalam
lingkungan di luar keluarganya, seperti, sekolah, lingkungan bermain, dan
lingkungan kerja.
Disamping
bentuk sosialisasi di atas, sosialisasi juga memiliki pola, adalah sebagai
berikut:
1)
Formal, sosialisasi tipe ini terjadi
melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuang yang berlaku dalam
negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2)
Informal, sosialisasi tipe ini terdapat
di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antar
teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di
dalam masyarakat.
b. Pola
sosialisasi
Dalam keluarga dikenal
dua macam pola sosialisasi yaitu sebagai beriktu:
1)
Sosialisasi represif, yaitu sosialisasi
yang mengutamakan ketaatan anak pada orang tua. Sosialisasi ini lebih
menekankan penggunaan hukuman terhadap anak yang melakukan kesalahan.
Contoh: memukul anak apabila
tidak menaati perintah orang tua.
Adapun bentuk sosialisasi
represif, antara lain:
-
Menghukum perilaku keliru
-
Kepatuhan anak terhadap orang tua
-
Komunikasi sebagai perintah
-
Sosialisasi berpusat pada orang tua dan
lain-lain
2)
Sosialisasi persuasif, yaitu sosialisasi
yang mengutamakan tindakan pencegahan agar anak tidak melakukan penyimpangan
sosial.
Contoh: Tindakan pemberian peringatan dari orang tua
kepada anak, ketika anak ingin keluar malam. Peringatan tersebut, misalnya
kalau biasa sering keluar malam kesehatan bisa memburuk, terlambat ke sekolah,
dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar